Sunday, March 23, 2014

Untaian Kata Sederhana

Minggu, 9 Maret 2014

"Pingin tidur sama mama." ucap seorang gadis kecil disela tangisnya. Isakaan tangisnya terdengar jelas. Menggambarkan betapa dalamnya ia merindukan belaian seorang ibu -seorang yang Tuhan tunjuk untuk menjadi syurga kecilnya di dunia. Sosok malaikat tak bersayap yang telah melahirkan kedunia ini. Sosok yang jasanya tak dapat dibayar dengan bongkahan mas atau berlian sekalipun.

Gadis itu memang sudah cukup lama dititipkan pada kedua orangtuaku. Sudah hampir dua tahun. Kedua orangtuanya mengais rupiah demi rupiah untuk menghidupi dia dan kedua kakaknya. Namun hanya dia yang dititpkan, sedang kedua kakaknya tinggal bersama ayahnya.


Aku masih mengingat jelas isakan tangis gadis mungil itu. Senggukannya begitu ketara. Begitu syahdu. Penuh haru. Seakan memecah kesunyian malam itu. Membawa nuraniku hanyut dalam beban rindu yang selama ini ia pikul sendiri tanpa pernah diutarakan. Menjadikan rindu laksana bom waktu yang dapat meledak kapanpun dan dimanapun. Tak mampu diprediksi.

Malam itu menjadi saksi bisu meledaknya bom rindu seorang gadis belia. Ledakan yang cukup dahsyat. Melumpuhkan segala ide tuk menghiburnya. Lidah seakan tak kuasa tuk berkata-kata. Pelukan dari mamaku juga tak mampu meredam tangisnya. Nampaknya tak ada yang dapat menyaingi posisi malaikat tak bersayapnya.

Sehari sebelum kejadian, mama dari gadis itu berkunjung ke rumahku, bertepatan dengan acara keluarga yang di gelar di rumahku esok harinya. Sapanjang kedatangan mamanya,  aku tidak melihat interaksi yang luar biasa antara gadis itu dengan mamanya. Sampai acara keluarga selesai, bapakku bersama gadis itu mengantar mama gadis itu kembali ke kediamannya. Tak lama setelah kembalinya gadis itu ke rumahku, terjadilah tragedi yang cukup mengharukan itu. Mungkin pertemuan kemarin hingga siang tadi dengan sang mama belum cukup tuk meluapakan rasa rindunya.

Dihari yang sama, sekitar ba'da Isya, aku mendapat kabar bahwa mantan tetangga rumahku -dulu tinggal di sebelah rumahku namun sekarang sudah pindah- dipanggil yang Maha Menciptakan. Beliau memang memiliki riwayat penyakit gula/ diabetes. Sebelumnya beliau sempat dirawat di ruang ICU salah satu rumah sakit swasta di Bekasi. Ketika mamaku menjenguk beliau, mamaku tak menemukan anggota keluarga yang menunggunya. Dan setelah mendapat informasi dari suster yang menjaga, memang tidak ada satu pun anggota keluargnya yang menunggu. Beliau bertahan seorang diri di ruangan yang dipenuhi alat bantu. Sungguh luar biasa.

Ada satu kalimat yang diucap mamaku, yang bagiku sangat amat menyayat hati "kalo suatu hari nanti kejadian yang sama menimpa mama, tolong jangan biarin mama seorang diri." 

Subhanallah seketika bulu kudukku berdiri. Merinding sekali mendengarnya. Saat itu aku tak kuasa membendung air mata. Nyaris tumpah. Tapi sekuat hati aku berusaha untuk menutupi itu semua. Dan sampai kuketik tulisan ini, air mata itu berusaha lagi tuk keluar dari persembunyiannya.

Aku lemah. Aku terlalu rapuh bila harus membahas rasa cintaku pada kedua orang tuaku, terutama makhluk istimewa yang bernama mama. Aku selalu tak mampu tuk bilang "Aku sayang mama" ga pernah mampu. Sebelum kalimat itu dilisankan, air mataku sudah jatuh lebih dulu.

Aku selalu membayangkan suatu hari nanti, aku mengutarakan kalimat yang sejak dulu belum pernah kuutarakan secara langsung, menciumnya, kemuadian jatuh dalam dekapanya. Rasanya tak ingin kulepaskan dekapan itu. Aku yakin moment itu akan menjadi moment terindah sepanjang hidupku. Subhanallah membayangkannya saja membuat bulu kudukku berdiri. Ya Allah berilah aku kesempatan itu.



Sabtu, 15 Maret 2014

Beberapa hari yang lalu, sisa usia mamaku berkurang. Aku memberikan sebuah kado kecil yang menurutku tak sebanding dengan semua jasa dan pengorbannya selama ini. Saat aku memberikan hadiah tak bernilai itu, ingin sekali tuk mewujudkan apa yang selama ini menari-nari dalam imajinasiku. Namun semuanya gagal. Belum sempat aku memberikan kado, air mataku seperti sudah mengambil ancang-ancang. Kado itu aku berikan tanpa mampu berkata-kata. Tanggul di tepi mataku seakan jebol, tak berfungsi. Air mataku menjadi sang juara dengan mudahnya

Aku sadar, aku seringkali membuat mereka kecewa, geram, kesal. Kata yang keluar dari lidah yang tak bertulang seringali melukai persaan mereka. Aku tau semua itu kesalahanku. Aku yang tak mampu mengontrol diri. Aku yang selalu jadi budak emosi sesaat. Hingga akhirnya menyisakan sesal. Tapi aku yakin seberapa marahnya, seberapa kecewanya, seberapa menjengkelkannya aku,  mereka tak akan bisa mengurangi terlebih menghapus rasa sayang dan cinta mereka ke aku. Aku sadar mungkin aku terlalu munafik untuk bilang kalau aku sayang mereka. Dan setiap tetes air mata yang jatuh ini tak ada artinya, bila tak diiringi pendewasaan dan perubahan kepribadian aku.Tapi itu juga bukan alasan untukku, untuk ga bebenah diri. Maafin anakmu yang berlumur dosa ini Ma, Pak. Astaghfirullah....

Ya Allah Yang Maha Melihat, Yang Maha Mendengar, Yang Maha Pengasih, Yang Maha Penyanyang, tolong sampaikan betapa aku menyanyangi mereka. Tolong beritahu betapa besar cintaku padanya. Tolong jaga beliau. Aku ga sanggup membayangkan bila suatu hari nanti, aku harus kehilangan sosok yang kasihnya setulus sang rembulan yang menyinari dalam kegelapan, tatapannya sesejuk embun pagi, belaiannya selembut sutra. Aku belum siap ya Allah. Mereka terlalu berharga buat aku. Tanpa mereka mungkin aku ga akan pernah bisa menikmati gemerlapnya dunia.

Sekali lagi aku mau bilang, anakmu ini sangat amat mencintaimu Ma, Pak. Tulus dari kedalaman hati. Maafkan segala khilaf. Terima kasih untuk kerelaan menyisihkan waktu, tenaga, dan kasih sayangnya untuk mengurus dan membesarkan aku. Aku tau aku belum bisa jadi anak Sholehah tapi aku selalu berusaha untuk mewujudkan itu. Aku selalu berusaha untuk jadi investasi kalian bila sudah tak lagi di dunia fana ini. You're the greatest give from God.


Syurga Kecilku

Untaian kata sederhana ini lahir dari kedalaman hati dengan bumbu air mata dan penyedap kasih sayang special untuk syurga duniaku.
I Love Mama, I Love Bapak. I Love My Beloved Family :* :* :*



Mariani Yuni Susilo Wenti
@marianiyuniSW








No comments:

Post a Comment