Penghujung Ramadhan pun tiba,
suara takbir mendengung dari berbagai sisi. Ledakan petasan pun tak kalah
meriah menandingi gema takbir. Bahkan tak jarang riuhnya mengalahi lantunan
takbir. Malam itu, rasa bahagia bercampur sedih menyelinap dalam dada. Bahagia
karena hari kemenangan sudah di depan mata. Hari dimana seluruh insan saling
meminta maaf dan memaafkan hingga digambarkan seperti bayi yang baru lahir, suci.
Sedih karena pada kesempatan itu, dimana setiap kebaikan mendapat balasan
berlipat aku kurang memaksimalkan waktu untuk beribadah dan berbuat amal salih.
Shalat Tarawih banyak kutinggalkan, bukan hanya karena halangan sebagai seorang
wanita, namun rasa lelah setelah melakukan aktivitas pun kujadikan alibi. Astaghfirullahaladzim.
"Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang didalam masyarakat dan sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian." ― Pramoedya Ananta Toer
Sunday, August 10, 2014
Tuesday, June 24, 2014
Adventure To Tidung Island
Beberapa hari yang lalu, tepatnya 15 sampai dengan 16 Juni
2014, aku dan keluargaku melakukan perjalanan ke salah satu pulau di Kepulauan
Seribu. Perjalanan tersebut dilaksanakan dalam rangka Family Gathering dari
perkumpulan tempat lahir Bapakku, Banjarnegera kapupaten Banyumas. Acara
tersebut diikuti oleh hampir 70 peserta. Tujuan acara tersebut ialah menyambung
tali silaturahmi sehingga mempererat rasa persaudaraan dan kekeluargaan
sekaligus alternatif melepas kejenuhan dari rutinitas. Pulau yang kami tuju
yaitu Pulau Tidung. Pulau terbesar dalam gugusan pulau-pulau di Kepulauan
Seribu.
Sunday, March 23, 2014
Untaian Kata Sederhana
Minggu, 9 Maret 2014
"Pingin tidur sama mama." ucap seorang gadis kecil disela tangisnya. Isakaan tangisnya terdengar jelas. Menggambarkan betapa dalamnya ia merindukan belaian seorang ibu -seorang yang Tuhan tunjuk untuk menjadi syurga kecilnya di dunia. Sosok malaikat tak bersayap yang telah melahirkan kedunia ini. Sosok yang jasanya tak dapat dibayar dengan bongkahan mas atau berlian sekalipun.
Gadis itu memang sudah cukup lama dititipkan pada kedua orangtuaku. Sudah hampir dua tahun. Kedua orangtuanya mengais rupiah demi rupiah untuk menghidupi dia dan kedua kakaknya. Namun hanya dia yang dititpkan, sedang kedua kakaknya tinggal bersama ayahnya.
Subscribe to:
Posts (Atom)