Tuesday, June 24, 2014

Adventure To Tidung Island

Beberapa hari yang lalu, tepatnya 15 sampai dengan 16 Juni 2014, aku dan keluargaku melakukan perjalanan ke salah satu pulau di Kepulauan Seribu. Perjalanan tersebut dilaksanakan dalam rangka Family Gathering dari perkumpulan tempat lahir Bapakku, Banjarnegera kapupaten Banyumas. Acara tersebut diikuti oleh hampir 70 peserta. Tujuan acara tersebut ialah menyambung tali silaturahmi sehingga mempererat rasa persaudaraan dan kekeluargaan sekaligus alternatif melepas kejenuhan dari rutinitas. Pulau yang kami tuju yaitu Pulau Tidung. Pulau terbesar dalam gugusan pulau-pulau di Kepulauan Seribu.
Perjalanan dimulai pada Minggu pagi pukul 05:15. Kami berkumpul dahulu di salah satu ruko di Kota Bekasi milik salah satu peserta. Ketika aku dan keluarga datang, sudah terdengar aba-aba untuk memohon do’a untuk kelancaran acara. Ternyata kami sudah hampir telat pemirsah *tepok bokong* Tanpa menunda waktu kami langsung memasuki kendaraan yang telah disipakan. Perjalanan dimulai dari Bekasi menuju Pelabuhan Muara Angke. Belum sempat memasuki tol Bekasi, tiba-tiba hujan turun dengan intensitas sedang. Doa’ku semoga ketika sampai tujuan hujan reda. Bukan maksud menyesali rezeki yang Tuhan beri, sungguh bukan.

Sekitar satu setengah jam kami menempuh perjalanan Bekasi-Muara Angke. Setibanya kami menuju kapal yang akan memmbawa kami menuju tempat tujuan, Pulau Tidung. Setelah menyimpan barang bawaan di kapal, imajinasiku melayang, membawaku mengingat pada salah satu adegan ikonik dalam film yang sangat legendaris. Apalagi kalau bukan pose anatara Rose dan Jack yang memeragakan adegan romantis di tepi kapal. Andai saat itu kamu ada di sisi aku *yaelah mblo* | bagian ini merupakan penambahan, hanya untuk mengembangkan alur cerita. 

Oke lanjut..
Foto diatas kapal tapi ga keliatan kapalnya 

Sejak aku berdiri  di atas kapal, aku langsung mengambil keputusan untuk menikmati perjalan di tepi depan kapal. Jujur, ini pengalaman pertama aku melakukan perjalan laut. Aku penasaran dengan sensasi yang ditawarkan. Semilir hembusan lembut angin yang sejuk, bau asin dari air laut hingga deburan ombak yang tiada henti. Dan ternyata aku berhasil menaklukkan rasa penasaranku.



Namun kenikmatan itu tidak bisa aku nikamati lama, hujan kembali menghujam bumi. Aku bergegas kembali ke dalam kapal. Menikmati pemandangan laut lewat balik jendela tak kalah mengasyikkan. Aku masih bisa menikmati birunya air laut, memanjakan mata akan keindahan pulau-pulau ditengah lautan yang dikelilingi pepohonan hijau nan sejuk.  Aku sangat menikmati perjalanan ini.

Pukul 10 WIB kami sampai di Pelabuhan Betok, tempa hilir mudik para wisatawan yang berkunjung di Pulau Tidung. Saat itu kondisi pelabuhan sangat ramai, banyak wisatawan yang ingin meninggalkan pulau dengan pesona jembatan cinta. Rombongan kami langsung menuju tempat penginapan untuk meletakkan barang bawaan sekaligus istirahat. Kami disuguhkan dengan pemandangan laut di depan penginapan, lukisan Sang Kuasa yang cukup manis.

Sedikit info untuk wisatawan, kita tidak perlu khawatir karena disana berjejer banyak warung yang menyediakan berbagai jenis kebutuhan. Memang si harganya agak lebih mahal, karena sekali perjalanan dari pulau tersebut ke Kota butuh waktu 2 jam dengan menggunakan kapal. 

Jam berputar tanpa terasa. Menunjukkan waktu untuk mengisi perut dilanjutkan dengan shalat. Setelah itu beragam acara lomba maupun kuis digelar. Disaat itu, aku, kakak, adik sepupu dan mamaku menyolong waktu untuk menikmati panorama disana. Langsung saja kami menuju tempat wisata di tempat tersebut yang terkenal dengan pesonanya. Jembatan cinta. *maaf ya om tante*

Untuk menuju tempat tersebut kami harus menyusuri jalan selebar 2 kendaraan beroda dua sekitar 1,5 Km dari lokasi penginapan. Perjalanan yang cukup panjang, karena kami memilih menempuhnya dengan berjalan kaki, tidak menaiki sepeda seperti para wisatawan umumnya. Walau menempuh perjalanan panjang, namun kami tak merasa kelelahan. Dari sisi jalan pesona pantai yang indah dapat dinikamti. Ditambah pesona pasir putih yang dengan mudah kita temukan. Berhambur sepanjang jalan, menghias seluruh sisi jalan. Diperjalanan aku juga menemukan berbagai sarana umum, mulai dari sekolah (SD-SMP-SMK), puskesmas, hingga berbagai lembaga pemerintahan.

Pesona birunya air, pasir putihnya, suasana yang ramai namun tetap menyenangkan, serta jembatan cinta yang menjadi ikon wisata membayar lunas pengorbanan kami. Namun disayangkan, aku banyak melihat sampah berserakan di sisi pantai. Entah sampah bekas minuman/makanan, sabut kelapa, atau lainnya sehingga mengurangi nilai eksotisnya.

Aku, kakak, dan adik sepupu sudah tidak tahan untuk menikmati wisata air yang ditawarkan. Seperti banana boat, snorkleing, flying fish, rolling donnut, dan lain sebagainya. Setelah menunggangi beberapa wahana permainan air, kami menikamti keindahan yang pantai tawarkan. Yang aku sesali aku tidak sempat menginjakkan kaki di jembatan cinta dan menjamak pulau Tidung Kecil karena sudah terlalu asyik bermain hingga tak sadar waktu. Padahal menurut orang-orang, puncak pesona Tidung berada di pulau Tidung Kecil. Sedikit sesal.

Keesokan harinya setelah menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim, aku berencana mengabadikan momen terbitnya sang surya. Aku sudah menunggu disisi pantai depan penginapan namun mentari tak begitu menampakkan dirinya, tertutup awan mendung. Rencanaku gagal.

Karena rencana liburan kami hanya sehari semalam, sekitar pukul 10:00 WIB pun kita bergegas meninggalkan pulau Tidung dengan sejuta pesonanya. Walaupun aku tidak sempat menikmati pulau Tidung Kecil dan mengabadikan terbitnya matahari, namun perjalanan ini cukup memuaskan. Mungkin lain waktu aku akan berkunjung khusus untuk menikmati pesona pulau Tidung Kecil dan mengabadikan pesona terbit/terbenamnya matahari bersama teman hidup *udah kaya lagunya Tulus* 

Tetaplah bersamaku jadi teman hidupkuBerdua kita hadapi duniaKau milikku ku milikmu kita satukan tujuBersama arungi derasnya waktu
Eh malah nyanyi haha. Berhubung penulisnya jomblo, jadi lagu itu aku persembahkan untuk kalian para pembaca. Love muah  :* 

Mariani Yuni Susilo Wenti@marianiyuniSW 



No comments:

Post a Comment