Beberapa hari yang lalu, tepatnya 15 sampai dengan 16 Juni
2014, aku dan keluargaku melakukan perjalanan ke salah satu pulau di Kepulauan
Seribu. Perjalanan tersebut dilaksanakan dalam rangka Family Gathering dari
perkumpulan tempat lahir Bapakku, Banjarnegera kapupaten Banyumas. Acara
tersebut diikuti oleh hampir 70 peserta. Tujuan acara tersebut ialah menyambung
tali silaturahmi sehingga mempererat rasa persaudaraan dan kekeluargaan
sekaligus alternatif melepas kejenuhan dari rutinitas. Pulau yang kami tuju
yaitu Pulau Tidung. Pulau terbesar dalam gugusan pulau-pulau di Kepulauan
Seribu.
Sekitar satu setengah jam kami menempuh perjalanan Bekasi-Muara Angke. Setibanya kami menuju kapal yang akan memmbawa kami menuju tempat tujuan, Pulau Tidung. Setelah menyimpan barang bawaan di kapal, imajinasiku melayang, membawaku mengingat pada salah satu adegan ikonik dalam film yang sangat legendaris. Apalagi kalau bukan pose anatara Rose dan Jack yang memeragakan adegan romantis di tepi kapal. Andai saat itu kamu ada di sisi aku *yaelah mblo* | bagian ini merupakan penambahan, hanya untuk mengembangkan alur cerita.
Oke lanjut..
Sejak aku berdiri di
atas kapal, aku langsung mengambil keputusan untuk menikmati perjalan di tepi
depan kapal. Jujur, ini pengalaman pertama aku melakukan perjalan laut. Aku penasaran dengan sensasi yang ditawarkan.
Semilir hembusan lembut angin yang sejuk, bau asin dari air laut hingga deburan
ombak yang tiada henti. Dan ternyata aku
berhasil menaklukkan rasa penasaranku.
Namun kenikmatan itu tidak bisa aku nikamati lama, hujan kembali menghujam bumi. Aku bergegas kembali ke dalam kapal. Menikmati pemandangan laut lewat balik jendela tak kalah mengasyikkan. Aku masih bisa menikmati birunya air laut, memanjakan mata akan keindahan pulau-pulau ditengah lautan yang dikelilingi pepohonan hijau nan sejuk. Aku sangat menikmati perjalanan ini.
Pukul 10 WIB kami sampai di Pelabuhan Betok, tempa hilir mudik para wisatawan yang berkunjung di Pulau Tidung. Saat itu kondisi pelabuhan sangat ramai, banyak wisatawan yang ingin meninggalkan pulau dengan pesona jembatan cinta. Rombongan kami langsung menuju tempat penginapan untuk meletakkan barang bawaan sekaligus istirahat. Kami disuguhkan dengan pemandangan laut di depan penginapan, lukisan Sang Kuasa yang cukup manis.
Namun kenikmatan itu tidak bisa aku nikamati lama, hujan kembali menghujam bumi. Aku bergegas kembali ke dalam kapal. Menikmati pemandangan laut lewat balik jendela tak kalah mengasyikkan. Aku masih bisa menikmati birunya air laut, memanjakan mata akan keindahan pulau-pulau ditengah lautan yang dikelilingi pepohonan hijau nan sejuk. Aku sangat menikmati perjalanan ini.
Pukul 10 WIB kami sampai di Pelabuhan Betok, tempa hilir mudik para wisatawan yang berkunjung di Pulau Tidung. Saat itu kondisi pelabuhan sangat ramai, banyak wisatawan yang ingin meninggalkan pulau dengan pesona jembatan cinta. Rombongan kami langsung menuju tempat penginapan untuk meletakkan barang bawaan sekaligus istirahat. Kami disuguhkan dengan pemandangan laut di depan penginapan, lukisan Sang Kuasa yang cukup manis.
Sedikit info untuk wisatawan, kita tidak perlu khawatir karena disana berjejer banyak warung yang menyediakan berbagai jenis kebutuhan. Memang si harganya agak lebih mahal, karena sekali perjalanan dari pulau tersebut ke Kota butuh waktu 2 jam dengan menggunakan kapal.
Jam berputar tanpa terasa. Menunjukkan waktu untuk mengisi
perut dilanjutkan dengan shalat. Setelah itu beragam acara lomba maupun kuis digelar.
Disaat itu, aku, kakak, adik sepupu dan mamaku menyolong waktu untuk menikmati
panorama disana. Langsung saja kami menuju tempat wisata di tempat tersebut
yang terkenal dengan pesonanya. Jembatan cinta. *maaf ya om tante*
Untuk menuju tempat tersebut kami harus menyusuri jalan selebar 2 kendaraan beroda dua sekitar 1,5 Km dari lokasi penginapan. Perjalanan yang cukup panjang, karena
kami memilih menempuhnya dengan berjalan kaki, tidak menaiki sepeda seperti
para wisatawan umumnya. Walau menempuh perjalanan panjang,
namun kami tak merasa kelelahan. Dari sisi jalan pesona pantai yang indah dapat
dinikamti. Ditambah pesona pasir putih yang dengan mudah kita temukan.
Berhambur sepanjang jalan, menghias seluruh sisi jalan. Diperjalanan aku juga menemukan
berbagai sarana umum, mulai dari sekolah (SD-SMP-SMK), puskesmas, hingga
berbagai lembaga pemerintahan.
Pesona birunya air, pasir putihnya, suasana yang ramai namun
tetap menyenangkan, serta jembatan cinta yang menjadi ikon wisata membayar
lunas pengorbanan kami. Namun disayangkan, aku banyak melihat sampah berserakan
di sisi pantai. Entah sampah bekas minuman/makanan, sabut kelapa, atau lainnya
sehingga mengurangi nilai eksotisnya.
Aku, kakak, dan adik sepupu sudah tidak tahan untuk
menikmati wisata air yang ditawarkan. Seperti banana boat, snorkleing, flying
fish, rolling donnut, dan lain sebagainya. Setelah menunggangi beberapa wahana
permainan air, kami menikamti keindahan yang pantai tawarkan. Yang aku sesali
aku tidak sempat menginjakkan kaki di jembatan cinta dan menjamak pulau Tidung
Kecil karena sudah terlalu asyik bermain hingga tak sadar waktu. Padahal
menurut orang-orang, puncak pesona Tidung berada di pulau Tidung Kecil. Sedikit
sesal.
Keesokan harinya setelah menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim, aku berencana mengabadikan momen terbitnya sang surya. Aku sudah menunggu disisi pantai depan penginapan namun mentari tak begitu menampakkan dirinya, tertutup awan mendung. Rencanaku gagal.
Keesokan harinya setelah menunaikan kewajiban sebagai seorang muslim, aku berencana mengabadikan momen terbitnya sang surya. Aku sudah menunggu disisi pantai depan penginapan namun mentari tak begitu menampakkan dirinya, tertutup awan mendung. Rencanaku gagal.
Karena rencana liburan kami hanya sehari semalam, sekitar
pukul 10:00 WIB pun kita bergegas meninggalkan pulau Tidung dengan sejuta
pesonanya. Walaupun aku tidak sempat menikmati pulau Tidung Kecil dan
mengabadikan terbitnya matahari, namun perjalanan ini cukup memuaskan. Mungkin
lain waktu aku akan berkunjung khusus untuk menikmati pesona pulau Tidung Kecil
dan mengabadikan pesona terbit/terbenamnya matahari bersama teman hidup *udah
kaya lagunya Tulus*
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupkuBerdua kita hadapi duniaKau milikku ku milikmu kita satukan tujuBersama arungi derasnya waktu
Eh malah nyanyi haha. Berhubung penulisnya jomblo, jadi lagu itu aku persembahkan untuk kalian para pembaca. Love muah :*
Mariani Yuni Susilo Wenti@marianiyuniSW
Tetaplah bersamaku jadi teman hidupkuBerdua kita hadapi duniaKau milikku ku milikmu kita satukan tujuBersama arungi derasnya waktu
Eh malah nyanyi haha. Berhubung penulisnya jomblo, jadi lagu itu aku persembahkan untuk kalian para pembaca. Love muah :*
Mariani Yuni Susilo Wenti@marianiyuniSW
No comments:
Post a Comment