Setiap orang
memiliki mimpi atau harapan/ cita-cita yang ingin dicapai. Mimpi tersebut
dijadikan acuan/ tujuan dari apa yang diperjuangkan. Mimpi tidak melulu
mengarah pada hal-hal besar, seperti ingin menjadi presiden. Namun berlaku
lebih luas mencakup hal-hal sederhana, seperti seorang anak SD yang bermimpi
ingin melanjutkan pendidikan di SMP favorit di kotanya.
Aku yakin —kalian para
pembaca memiliki mimpi sejak
masih kecil. Walupun mimpi atau cita-cita tersebut bisa saja berubah seiring
waktu. Saat berusia kanak-kanak (5-10 tahun) apabila ditanya mengenai mimpi
atau cita-cita, banyak dari kita yang dengan yakin menjawab ingin menjadi
dokter/ guru/ polisi. Walaupun tak jarang kita temui yang bercita-cita ingin
menjadi masinis/ astronot atau lainnya. Memang tidak ada yang salah dengan
mimpi. Dengan memiliki mimpi, setidaknya kita memiliki tujuan atau rencana masa
depan. Dari mimpi juga, hal-hal yang mungkin kita anggap mustahil untuk diraih
bisa menjadi kenyataan.
Aku masih ingat,
sewaktu aku masih duduk di bangku Sekolah Dasar, aku pernah menuliskan biodata
yang di dalamnya terdapat kolom cita-cita. Dan aku mengisi kolom tersebut
dengan ‘Dokter atau Guru’. Namun mimpiku bersifat dinamis. Berubah-ubah seiring
waktu. Saat SMP aku pernah menjadi
begitu tertatik pada Psikologi. Yang sampai saat ini sebenarnya masih cukup
tertarik. Karena dari bidang ilmu tersebut, aku bisa belajar membaca
karakteristik orang-orang, melihat segala sesuatu tidah hanya dari satu sudut
pandang, membantu sesama menyelesaikan problem (biasanya
tidak berlaku untuk menyelesaikan problem
pribadi) dengan memberikan sudut pandang lain atau
pertimbangan-pertimbangan, dan lain sebagainya.
Namun akhirnya
ketika aku ingin menkanjutkan pendidikan ke jenjang perguruan tinggi, pilihanku
menyebrang minat. Keputusan tersebut aku ambil berdasarkan pertimbangan selama beberapa bulan. Aku dihadapkan pada beberapa pilihan saat itu. Prodi apa
yang akan aku ambil? Apakah psikologi, matematika, sastra, atau prodi yang
berhubungan dengan kejuruan aku saat di SMK? Melewati situasi tersebut tidak
mudah. Jangan sampai aku salah pilihan, dan menyisakan sesal. Terlebih kondisiku juga sebagai seorang
karyawan, yang mana harus pintar pintar mengatur waktu. Jangan sampai peranku sebagai mahasiswi berbenturan dengan peranku sebagai karyawan. Setelah menimbang faktor ini-itu, akhirnya pilihanku jatuh pada
Matematika.
Alasanku memilih
prodi tersebut karena matematika adalah ilmu pasti, aku cukup memiliki
ketertatikan pada hal tersebut, dan ilmu tersebut akan selalu digunakan sampai
kapan pun tidak mengenal kadaluarsa. Mungkin kelak aku memiliki buah hati,
matematika biasanya menjadi momok besar bagi sebagian anak. Saat anakku
menanyakan tugas sekolahnya, setidaknya aku bisa membatu menyelesaikan sekaligus
mentransfer ilmu —lebih dari itu semoga bisa mengikuti olimpiade matematika,
aamiin. Mengenai minat pada bidang psikologi, aku bisa saja mencari bahan
bacaan, baik dalam jurnal, artikel ataupun membeli buku. Lalu pada bidang
sastra? Minat tersebut dapat aku kembangkan dengan banyak berlatih, seperti
yang aku lakukan ini, menulis blog. Memang tulisanku tidak ada apa-apanya,
terlebih isi blog aku yang hampir semuanya berisi curhat colongan haha. Fokus
aku menulis sebenarnya bukan pada keindahan isi, melainkan pada membekukan
cerita dan penumpahan emosi.
Lewat diary
online ini, meskipun aku sudah tak lagi ada di dunia ini, setidaknya keturunaku
masih bisa mengenal sosok aku, dengan membaca tulisan-tilisanku. Aku juga
pernah membaca dalam suatu artikel, salah satu manfaat menulis adalah
menganggkat sebagaian beban kita. Saat kita memiliki beban yang dirasa begitu
berat, dengan mencurahkan melaui tulisan, beban tersebut akan terasa berkurang.
Kembali pada
mimpi, apa sebenarnya impian aku?
- Aku ingin merasakan pengalaman mendaki gunung. Gunung apapun. Keinginan tersebut sudah lama bertengger dalam dream list, ada sejak aku masih duduk di bangku SMP. Meski sudah mendapat restu, namun ada saja halangan saat kesempatan sudah di depan mata. Bahkan keinginan tersebut tak jarang terbawa mimpi, tapi tetap saja selalu berakhir sebelum keinginan tersebut tercapai. Guys, ajak adek menikmati pesona keindahan Tuhan.
- Menjelajah dunia. Mimpi ini terdengar sedikit muluk dan bermodal tidak sedikit. Paling tidak sekali seumur hidup aku ingin menorehkan cerita mengenai pengalamanku berada di luar Indonesia. Selain sekadar mencari pengalaman, aku bisa mengenal sisi lain dari dunia. Negara yang ingin sekali aku kunjungi adalah Turki. *Hai guys, ini adalah k-o-d-e. Jadi bila anda berencana ke Turki jangan lupa ajak adek.*
- Memperoleh gelar sarjana Matematika (S. Mat) tepat pada waktunya. Target 2017-2018. AAMIIN.
- Menyempurnakan sebagaian agama dengan orang yang tepat yang diridhai Allah, orang tua, dan semesta. Target 2018. AAMIIN
- Menjadi entrepreneur. Bukan seberapa besar bisnis yang aku jalani, tapi seberapa besar kontribusi terhadap negara (mengurangi tingkat pengangguran). Setinggi-tingginya jabatanmu, bila masih digaji tetap saja namanya babu/ pesuruh haha *damai bos*
- Menyempurnakan rukun Islam kelima. Sampaikan aku dan keluarga menuju rumahMu ya Allah. AAMIN
Uraian
diatas adalah contoh dream list aku.
Yang bisa saja aku merevisinya sewaktu-waktu. Mengenai terwujud atau tidaknya
target-target yang tertulis, tergantung pada usaha dan kembalikan pada takdir
Allah SWT.
Kamu
adalah saksi sekaligus pemeran mimpi-mimpimu. Ada rasa kepuasan saat kamu bisa
mencoret satu per satu dream list-mu,
saat mimpi-mimpimu terwujud. Aku pernah merasakan bahagia yang luar biasa saat
aku bisa mencoret salah satu mimpiku untuk melanjutkan pendidikan ke perguruan
tinggi serta pencapaian-pencapaian lainnya.
Jangan
remehkan kekuatan mimpi. Dari mimpi kita dapat mengubah dunia. Lets dreaming!
Mariani Yuni Susilo Wenti
@marianiyuniSW
Sumber gambar: www.indotopinfo.com
AAMIIN
ReplyDelete